backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Balloon Sinuplasty, Prosedur untuk Mengeluarkan Cairan pada Sinus

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 09/09/2022

    Balloon Sinuplasty, Prosedur untuk Mengeluarkan Cairan pada Sinus

    Jika biasanya Anda hanya perlu membuang sisa ingus saat flu untuk melegakan hidung yang tersumbat, ketika mengalami peradangan sinus mungkin tidak demikian. Ada prosedur bernama balloon sinuplasty yang bisa membantu membersihkan penumpukan cairan pada sinus di hidung. Bagaimana prosedur lengkapnya dan seberapa efektifkah cara ini?

    Apa itu balloon sinuplasty?

    Balloon sinuplasty adalah prosedur medis yang dilakukan untuk membersihkan hidung tersumbat yang disebabkan oleh peradangan sinus.

    Prosedur ini dilakukan dengan menempatkan kateter ke dalam hidung untuk mengeluarkan cairan pada sinus. 

    Pada umumnya, balloon sinuplasty dilakukan untuk mengatasi kondisi sinusitis (rhinosinusitis) yang sampai menimbulkan penyumbatan serius pada hidung.

    Sinusitis adalah infeksi atau peradangan pada rongga di sekitar tulang hidung yang bisa menyebabkan penumpukan cairan. Kondisi ini bisa mempersempit saluran udara sehingga menghambat pernapasan.

    Pada prosedur balloon sinuplasty, kateter yang dimasukkan ke dalam hidung akan mengembang seperti balon lalu menyedot cairan yang memenuhi sinus. 

    Prosedur ini medis tidak serumit operasi hidung yang melibatkan pembedahan. Pengeluaran cairan sinus dengan kateter tidak melibatkan pengangkatan ataupun pengikisan jaringan dan tulang hidung.

    Kapan perlu melakukan pengobatan ini?

    Sinusitis karena bentuk hidung

    Dokter mungkin menyarankan pasien untuk melakukan balloon sinuplasty ketika gejala sinusitis, seperti hidung tersumbat atau hidung berair, sudah semakin parah.

    Gejala sinusitis yang parah ditandai ketika gejala tidak kunjung membaik selama berminggu-minggu sehingga mengganggu aktivitas bahkan membuat pasien kesulitan bernapas.

    Umumnya, dokter merekomendasikan pengobatan ini pada pasien sinusitis kronis. 

    Dokter juga akan mempertimbangkan untuk melakukan balloon sinuplasty ketika konsumsi obat-obatan, seperti antibiotik, kortikosteroid, atau dekongestan, tidak lagi efektif mengatasi sinusitis

    Anda yang memiliki sinusitis kronis dapat berkonsultasi ke dokter  spesialis THT (telinga, hidung, dan tenggorokan) apakah perlu melakukan prosedur ini.

    Dokter selanjutnya akan menentukan jenis pengobatan terbaik yang sesuai dengan kondisi Anda.

    Seperti apa prosedur balloon sinuplasty?

    Balloon sinuplasty dapat dilakukan di rumah sakit atau klinik oleh dokter spesialis THT.

    Prosedur ini bisa dilakukan di bawah pengaruh anestesi lokal atau umum dan tidak. Biasanya, ballon sinuplasty hanya memakan waktu sekitar 30 menit sampai 1 jam. 

    Selama prosedur, dokter akan memasukkan kabel yang pada ujungnya terpasang lampu ke dalam hidung sampai pada bagian rongga sinus yang tersumbat oleh cairan. 

    Setelah itu, dokter akan memasukkan kateter ke dalam saluran sinus. Ujung kateter ini akan secara fleksibel mengembang menjadi balon saat masuk ke dalam rongga sinus.

    Balon akan perlahan-lahan mengembang dan memperlebar bukaan saluran sinus.

    Ketika kateter balon terpasang dengan baik, larutan garam akan dikeluarkan dari kateter untuk membersihkan cairan atau lendir (ingus) dan nanah yang menumpuk pada rongga sinus. 

    Dokter akan kembali mengeluarkan kateter balon ketika telah memastikan saluran sinus terbuka dan tidak lagi tersumbat.

    Apa yang perlu dilakukan setelah prosedur?

    Anda bisa kembali beraktivitas dengan normal setelah melakukan prosedur ini. Pada seminggu pertama setelah operasi, Anda mungkin akan mengalami mimisan.

    Hal ini normal terjadi setelah operasi hidung dilakukan.

    Beberapa efek samping ringan lainnya yang mungkin Anda alami adalah hidung sedikit bengkak, kelelahan, dan hidung tersumbat.

    Kondisi ini biasanya bisa hilang sekitar 5-7 hari setelah balloon sinuplasty dilakukan.

    Dokter biasanya akan memberikan obat-obatan yang membantu mengatasi gejala di masa pemulihan, seperti pereda nyeri, antiradang, dekongestan, dan larutan garam untuk membersihkan saluran hidung.

    Selain itu, dokter biasanya akan menganjurkan Anda untuk melakukan beberapa hal berikut untuk mempercepat pemulihan.

    • Mengeluarkan ingus dari hidung dalam waktu 24 jam setelah operasi.
    • Menghindari aktivitas berat, seperti yang bisa meningkatkan kerja jantung, selama seminggu.
    • Tidur dengan posisi kepala diletakkan lebih tinggi, gunakan lebih banyak bantal untuk menyanggah leher.

    Apakah prosedur ini efektif mengatasi sinusitis?

    frekuensi napas normal

    Balloon sinuplasty adalah prosedur medis yang efektif dalam mengatasi gejala sinusitis serius, seperti penumpukan lendir yang mengakibatkan penyumbatan saluran hidung.

    Prosedur ini bahkan bisa membantu mengembalikan fungsi jaringan dan membran mukosa di hidung yang semula terganggu akibat penumpukan cairan pada sinus.

    Berdasarkan studi Journal of Clinical Otorhinolaryngology yang mengevaluasi keamanan dan kemanjuran balloon sinuplasty diketahui bahwa prosedur ini meringankan gejala 15 pasien sinusitis dewasa. 

    Bahkan, gejala dapat semakin membaik selama 3-6 bulan pasca operasi dilakukan.

    Studi dari Journal of Pediatric Otorhinolaryngology juga menunjukkan bahwa  fungsi pernapasan anak-anak dengan sinusitis yang menjalani balloon sinuplasty meningkat dalam 1 tahun setelah operasi.

    Gejala yang dialami selanjutnya pun bisa lebih ringan dan tidak menyebabkan gangguan pada hidung atau pernapasan yang berat seperti sebelum dioperasi. 

    Balloon sinuplasty termasuk jenis operasi hidung yang umum dilakukan karena prosedurnya terbilang lebih sederhana, efektif, dan berisiko rendah. 

    Jadi, selain efektif, prosedur medis ini aman dilakukan dan jarang menyebabkan efek samping bahkan komplikasi serius.

    Operasi sinusitis ini bisa dibilang lebih menguntungkan karena dapat mendatangkan lebih banyak manfaat dibandingkan risikonya. 

    Secara umum, berikut ini adalah beberapa manfaat menjalani balloon sinusplasty.

    • Risiko perdarahan hidung pasca operasi rendah.
    • Masa pemulihan lebih singkat.
    • Minim risiko kerusakan jaringan dan struktur hidung dan sinus.
    • Risiko infeksi pasca-operasi rendah.
    • Minim risiko peradangan sinus yang berlanjut setelah operasi.

    Adakah risiko dari balloon sinuplasty?

    Meski begitu, setiap prosedur medis memang tidak lepas dari risiko tertentu. Berikut ini adalah beberapa efek samping yang bisa ditimbulkan dari balloon sinuplasty.

    • Mimisan atau keluar darah dari hidung selama beberapa hari pasca-operasi.
    • Saluran hidung, pipi, dan dahi terasa panas.
    • Sekitar hidung, pipi, dan dahi terlihat sedikit bengkak.
    • Saluran hidung tersumbat.
    • Infeksi pada sinus karena tidak rutin membersihkan hidung setelah operasi.

    Prosedur ini sangat jarang menyebabkan komplikasi serius, tapi dalam beberapa kasus ditemukan kerusakan pada struktur, tepatnya di bagian hidung yang memisahkan sinus dengan otak. 

    Beberapa orang juga bisa mengalami gangguan penciuman setelah menjalani operasi sinusitis ini. 

    Di samping itu, prosedur penyuntikan anestesi sendiri bisa menyebabkan efek samping seperti kesulitan bernapas dan gagal jantung pada beberapa orang yang diketahui memiliki alergi terhadap obat bius tertentu.

    Balloon sinuplasty bisa menjadi pilihan pengobatan yang efektif untuk kondisi sinusitis yang serius. Sebagian besar pasien mendapatkan banyak manfaat dari prosedur ini. 

    Jadi, jika mengalami gejala sinusitis yang berkepanjangan bahkan sampai menurunkan kualitas hidup Anda, segera periksakan ke dokter.

    Melalui pemeriksaan hidung dan tes medis lainnya, dokter akan menentukan apakah balloon sinuplasty diperlukan untuk mengatasi kondisi Anda. 

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 09/09/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan