backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Terapi Sel Punca, Apakah Dapat Menyembuhkan HIV?

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana · Tanggal diperbarui 06/04/2022

    Terapi Sel Punca, Apakah Dapat Menyembuhkan HIV?

    Terapi sel punca (stem cell) merupakan pengobatan untuk meningkatkan fungsi jaringan yang terganggu akibat penyakit atau luka. Beberapa tahun ini, metode pengobatan menggunakan terapi sel punca untuk HIV makin menjadi perhatian.  

    HIV/AIDS membutuhkan pengobatan dan pengawasan secara berkelanjutan bahkan seumur hidup pasien. 

    Terapi antiretroviral (ARV) efektif membantu mengontrol gejala dan meningkatkan sistem imun. ARV membantu orang dengan HIV hidup lebih sehat, tetapi tidak dapat membasmi virus sepenuhnya. 

    Nah, pengobatan stem cell dapat memberikan efek pemulihan yang lebih baik untuk pasien. Seperti apa terapi sel punca untuk HIV dan apa saja terobosan terbaru dari pengobatan ini?

    Apa itu terapi sel punca untuk HIV?

    stem cell untuk HIV

    HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menginfeksi sel-sel sistem kekebalan. Virus ini merusak kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit. 

    Infeksi virus itu kemudian bisa menimbulkan gejala AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) meliputi kerentanan terhadap infeksi patogen (virus, bakteri, dan fungi), kanker, hingga kematian.

    Meski demikian, satu-satunya pengobatan yang tersedia adalah terapi antiretroviral. Perawatan ini perlu digunakan seumur hidup dan memiliki banyak efek samping. 

    Mengutip dalam jurnal Cureus, terapi sel punca untuk HIV menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam pengobatan HIV.

    Selain itu, terapi stem cell untuk HIV menawarkan potensi besar untuk pencegahan dan pengobatan HIV di masa depan. 

    Bagaimana terapi ini bekerja?

    Gagasan terapi punca untuk HIV adalah merekayasa secara genetik sel induk progenitor hematopoietik anti-HIV (HSPC) yang terdapat dalam tubuh pasien.

    Tujuan terapi ini untuk memperoleh resistansi (kekebalan) terhadap infeksi HIV.

    Sel punca HSPC dapat menghambat perkembangan infeksi virus dalam tubuh dengan mengganggu tahap reproduksi HIV.

    Sel punca hematopoietik (HSC) juga dapat melindungi leukosit (sel darah putih) dari infeksi. Selain itu, HSC rekayasa genetik memiliki kemampuan untuk terus memproduksi sel kekebalan yang menyerang virus HIV. 

    Oleh karena itu, terapi sel punca berpotensi mengendalikan infeksi HIV pada kondisi yang stabil hingga menghilangkan virus dari tubuh sepenuhnya. 

    Hasil terbaru terapi stem cell untuk HIV

    stem cell untuk HIV, terapi sel punca untuk HIV

    Penelitian terapi sel punca untuk HIV tergolong baru berlangsung sejak beberapa tahun terakhir. 

    Penelitian observasional yang dimulai pada tahun 2015 ini dilakukan oleh International Maternal Pediatric Adolescent AIDS Clinical Trial Network (IMPAACT) P1107

    Yvonne Bryson dari University of California, Los Angeles dan Deborah Persaud dari Johns Hopkins University, Baltimore memimpin penelitian yang dilakukan Amerika Serikat ini.  

    Dari penelitian ini, hasil terapi stem cell untuk HIV terbaru memperlihatkan ​​seorang pasien yang hidup dengan HIV telah bebas dari virus selama 14 bulan. 

    Pasien ini menerima transplantasi sel induk darah untuk leukemia myeloid akut (kanker darah dan sumsum tulang).

    Sel punca yang ditransplantasikan mengalami mutasi dan membuat para pasien kebal terhadap infeksi HIV.

    Pasien menerima transplantasi sel induk darah dan sel kekebalan setelah menjalani kemoterapi dosis tinggi. 

    Sel yang ditransplantasikan berasal dari dua sumber.

    Pertama, sel transplantasi berasal dari sel induk kerabat yang digunakan untuk memulihkan sel darah yang terdampak kanker dan mengurangi komplikasi infeksi HIV.

    Kedua, sel transplantasi bersumber dari sel tali pusat milik bayi baru lahir yang digunakan untuk pemulihan darah jangka panjang.

    Tiga bulan setelah operasi transplantasi, tes menunjukkan bahwa populasi sel darah pasien seluruhnya berasal dari sel darah tali pusat yang kebal terhadap infeksi HIV. 

    Studi ini menandakan ketiga kalinya terapi stem cell untuk HIV sukses dilakukan. 

    Peneliti juga terus mengamati perkembangan kondisi pasien setelah transplantasi dilakukan. Hasilnya, berbagai tes tidak lagi mendeteksi adanya infeksi HIV.

    Pasien akhirnya berhenti minum obat antiretroviral untuk menekan infeksi HIV.

    Fakta lain terkait terapi sel punca untuk HIV

    Dokter menggunakan darah tali pusat yang mengandung varian gen resistansi HIV yang disebut CCR5Δ32 untuk transplantasi. 

    HIV biasanya menggunakan koreseptor CCR5 untuk membantu menginfeksi sel kekebalan, tetapi varian reseptor 32 secara efektif menghalangi virus untuk menghancurkan sel. 

    Para peneliti menyimpulkan bahwa darah tali pusat mengandung varian CCR5Δ32 yang menawarkan kemungkinan penyembuhan HIV. 

    Temuan terbaru ini bisa dipertimbangkan sebagai sumber sel punca ketika pasien kanker positif HIV membutuhkan transplantasi sel punca darah. 

    Namun, mengutip dari Weill Cornell Medicine, prosedur ini dianggap terlalu berisiko bagi pasien positif HIV yang tidak memerlukan transplantasi tersebut.

    Meski demikian, percobaan terhadap terapi sel punca untuk HIV memperlihatkan hasil yang menjajikan. Prosedur ini dapat menjadi harapan baru untuk pengobatan HIV di masa depan.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana · Tanggal diperbarui 06/04/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan