backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Filler Tidak Boleh untuk Payudara dan Bokong, Apa Bahayanya?

Ditulis oleh dr. Ariana Suryadewi Soejanto, M. Biomed (AAM) · Dermatologi · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Tanggal diperbarui 22/04/2021

    Filler Tidak Boleh untuk Payudara dan Bokong, Apa Bahayanya?

    Filler payudara belakangan ramai diperbincangkan karena postingan seorang korban yang menceritakan kerusakan payudaranya akibat melakukan filler. Padahal prosedur filler tidak diperbolehkan untuk payudara, bokong, dan bagian-bagian tubuh yang luas. 

    Filler payudara dan malpraktik yang membahayakan

    filler atau botox

    Filler adalah salah satu perawatan kecantikan yang dilakukan dengan menyuntikan cairan ke bawah permukaan kulit untuk menambah volume dan kepenuhan. Cairan yang digunakan adalah calcium hydroxyapatite dan hyaluronic acid

    Kandungan yang biasanya paling sering digunakan untuk filler adalah hyaluronic acid (HA), versi buatan dari senyawa alami yang sebetulnya ada di dalam tubuh setiap manusia. HA banyak ditemukan di lapisan bening mata, jaringan ikat persendian, dan kulit. 

    Hyaluronic acid ini berfungsi merangsang produksi kolagen alami untuk membantu menjaga kelembapan kulit, mencegah penyumbatan minyak di pori yang menyebabkan jerawat, hingga menyamarkan garis halus dan kerutan. 

    Metode ini bisa dilakukan untuk menyamarkan garis halus dan kerutan di wajah, seperti dahi, bawah dagu, atau bawah mata. Filler juga bisa dilakukan untuk memperbaiki bentuk bibir dan menyamarkan bekas luka di wajah. 

    Jika dilakukan dengan benar, filler termasuk metode yang aman dan minum efek samping. Tapi kenapa filler payudara berbahaya?

    Badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat (FDA) dengan jelas tidak merekomendasikan penggunaan filler untuk memperbesar ukuran bokong dan payudara. 

    Prosedur ini memiliki risiko efek samping yang tinggi meskipun dilakukan dengan bahan calcium hydroxyapatite ataupun hyaluronic acid.

    Sedangkan malpraktik yang memakan korban tersebut melakukan filler payudara yang sudah jelas tidak diizinkan. Selain itu juga menggunakan cairan yang tidak jelas kandungannya, mereka juga bukan tenaga kesehatan yang memiliki lisensi untuk melakukan praktik filler tersebut. 

    Pada Jumat (26/3), polisi mengatakan bahwa pelaku melakukan filler dengan cairan hyaluronic acid pada korban. Namun saya menyangsikan hal itu karena harga yang ditawarkan pelaku sangat murah dibandingkan dengan mahalnya harga hyaluronic acid dengan kualitas aman untuk metode filler. 

    Korban mengaku membayar Rp 12,5 juta untuk 500cc cairan filler termasuk biaya penyuntikkan.  Sedangkan harga hyaluronic acid berkisar Rp 2,5 juta hingga Rp 3 juta per 1cc. Secara pribadi saya menduga pelaku menggunakan bahan silikon cair yang penggunaannya dengan cara menyuntikkan cairan tersebut dilarang untuk prosedur estetika apapun, termasuk memperbaiki bentuk wajah dan bagian tubuh.

    Bahan silikon cair dan bahayanya 

    Menyuntikkan silikon dapat menyebabkan nyeri jangka panjang. Silikon cair yang dapat disuntikkan tidak disetujui untuk prosedur estetika manapun termasuk pembentukan atau peningkatan volume wajah dan tubuh. 

    Suntikan silikon dapat menyebabkan nyeri jangka panjang, infeksi, dan cedera serius seperti terbentuknya jaringan parut, kerusakan jaringan permanen, emboli (penyumbatan pembuluh darah), stroke hingga kematian. Pada tahun 2011, pernah ada kasus radang payudara yang diduga keras karena melakukan penyuntikkan silikon cair. 

    Perlu diketahui bahwa silikon cair yang disuntikkan ini berbeda dengan dengan silikon yang digunakan untuk implan payudara dalam bentuk gel terbungkus.

    implan payudara

    Informasi mengenai bahaya filler payudara ini perlu lebih banyak disebarluaskan. Sebab, tidak sedikit korban yang melakukan filler payudara karena ketidaktahuan, bukan hanya karena tergiur harga murah. 

    Sejauh ini tindakan yang aman untuk memperbaiki bentuk payudara adalah implan dan fat grafting (transfer lemak) yang hanya bisa dilakukan oleh dokter bedah plastik. Namun banyak yang berpikiran filler lebih aman karena melihat hasilnya yang instan dan tidak perlu melalui prosedur operasi.

    Checklist sebelum melakukan filler

  • Filler harus dilakukan oleh dokter umum bersertifikasi yang telah menyelesaikan training filler, spesialis kulit, dan spesialis bedah plastik. 
  • Cek keaslian gelar dokternya bisa dicek di website kki.go.id dengan mengetik nama lengkap yang bersangkutan. Semua dokter yang memiliki izin praktik di Indonesia akan terdaftar di website ini termasuk dokter lulusan luar negeri. 
  • Harus dilakukan di klinik, rumah sakit, atau tempat praktik dokter yang telah terdaftar. Jangan di apartemen, dipanggil ke rumah, atau tempat lain yang bukan tempat praktik dokter.
  • Tanyakan dengan detail cairan yang digunakan sebelum disuntikkan ke tubuh Anda. 
  • Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditulis oleh

    dr. Ariana Suryadewi Soejanto, M. Biomed (AAM)

    Dermatologi · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Tanggal diperbarui 22/04/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan