Pemberian obat lewat infus biasanya menjadi pilihan terbaik bila pasien tidak lagi mampu menerima obat secara oral atau melalui mulut. Yuk, kenali lebih dalam mengenai tujuan, prosedur, dan efek samping infus dalam pembahasan berikut ini.
Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Pemberian obat lewat infus biasanya menjadi pilihan terbaik bila pasien tidak lagi mampu menerima obat secara oral atau melalui mulut. Yuk, kenali lebih dalam mengenai tujuan, prosedur, dan efek samping infus dalam pembahasan berikut ini.
Infus adalah metode pemberian obat atau cairan yang dilakukan langsung melalui pembuluh darah vena. Prosedur ini juga disebut sebagai terapi intravena (IV).
Prosedur ini dilakukan saat pasien mengalami kondisi darurat medis yang mengharuskan obat masuk ke dalam tubuh dengan cepat, seperti dehidrasi, serangan jantung, atau keracunan.
Saat kondisi tersebut terjadi, pemberian obat secara oral atau melalui mulut tidak efektif membantu pasien.
Pasalnya, obat oral membutuhkan waktu lebih lama untuk diserap oleh darah. Padahal, pasien sedang memerlukan penanganan cepat agar kondisinya tidak makin memburuk.
Terapi intravena juga dapat dilakukan bila pasien mengalami muntah hebat sehingga semua makanan dan cairan yang masuk ke mulut keluar tanpa sempat dicerna.
Terapi IV manfaat untuk mempercepat penyerapan obat ke dalam aliran darah. Dengan demikian, obat akan bekerja lebih optimal untuk meringankan kondisi pasien.
Secara umum, beberapa kondisi yang membuat dokter harus menginfus Anda yaitu:
Pemberian terapi intravena tidak hanya terbatas pada kondisi di atas. Mungkin ada pasien dengan kondisi lain yang tidak disebutkan di atas, tetapi membutuhkan perawatan ini.
Konsultasikan dengan dokter untuk memastikan apakah Anda perlu memperoleh terapi intravena.
Berikut ini adalah jenis terapi IV yang diberikan di rumah sakit berdasarkan metode pemberian dan jenis cairan yang digunakan.
Metode pemberian terapi intravena ini terbagi jadi dua jenis, yakni secara manual dan pompa.
Ada beragam cairan infus yang memiliki kegunaan masing-masing. Secara umum, jenis cairan infus terbagi ke dalam dua jenis, yakni cairan kristaloid dan cairan koloid.
Terlepas dari jenis cairan dan metode pemberian yang digunakan, perawat atau tenaga medis harus tetap memantau infusan pasien secara intensif.
Hal ini dilakukan agar laju cairan yang menetes dari kantong infus terkontrol dengan baik. Laju cairan yang terlalu cepat atau lambat bisa menjadikan pengobatan tidak optimal.
Sebelum memberikan terapi intravena kepada Anda, dokter atau perawat harus terlebih dahulu menentukan jenis infus yang akan digunakan.
Tidak lupa, mereka akan menentukan dosis dan menghitung tetesan infus berdasarkan banyak faktor, termasuk berat badan, usia, dan kondisi kesehatan Anda.
Setelah dokter atau perawat berhasil menentukannya, barulah infus bisa disuntikkan melalui kulit.
Area yang akan disuntik akan dibersihkan terlebih dahulu dengan alkohol. Hal ini dilakukan agar area tersebut bersih dari paparan kuman dan bakteri.
Pada orang dewasa, jarum intravena sering kali disuntikkan pada area punggung tangan maupun lipatan antara lengan atas dan bawah.
Sementara pada bayi, penginfusan bisa dilakukan lewat kaki, tangan, atau bahkan kulit kepala.
Anda mungkin akan merasakan rasa tidak nyaman saat kateter dimasukkan ke pembuluh vena. Namun, Anda tidak perlu cemas.
Rasa nyeri dan sedikit tegang ini merupakan reaksi yang normal dan umumnya segera membaik setelah prosedur selesai dilakukan.
Efek samping pascainfus mungkin saja bersifat ringan atau berat, tergantung pada reaksi tubuh terhadap obat dan faktor lainnya.
Berikut ini adalah beberapa efek samping yang paling umum dari pemasangan infus.
Infeksi bisa terjadi pada area bekas suntikan. Efek samping ini dapat terjadi akibat pemasangan jarum dan kateter yang tidak tepat maupun penggunaan peralatan medis yang tidak steril.
Gejala infeksi umumnya berupa kemerahan, nyeri, dan bengkak pada area infusan. Kondisi ini terkadang bisa disertai demam tinggi dan menggigil.
Pemasangan IV yang kurang tepat bisa menimbulkan infiltrasi. Apabila infiltrasi terjadi, obat yang harusnya masuk ke aliran darah justru bocor ke jaringan di sekitarnya.
Infiltrasi berpotensi menyebabkan kerusakan jaringan parah bila tidak segera ditangani.
Emboli udara bisa terjadi akibat adanya udara dalam jarum suntik atau kantong obat. Jika saluran kantong obat mengering, gelembung udara bisa masuk ke dalam pembuluh darah.
Gelembung udara ini dapat mengalir ke jantung atau paru-paru. Apabila dibiarkan, aliran darah bisa terhambat sehingga meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.
Pemberian terapi intravena yang kurang tepat mungkin bisa menyebabkan penggumpalan darah.
Darah yang menggumpal dapat memperlambat aliran darah sehingga daerah yang tersumbat menjadi bengkak, merah, dan terasa menyakitkan.
Pemberian terapi IV yang keliru dapat menimbulkan efek samping serius. Jadi, jangan sekali-kali Anda mencoba untuk melakukan prosedur ini seorang diri.
Jika Anda memerlukan terapi intravena di rumah, beberapa klinik maupun rumah sakit telah menyediakan layanan home care atau perawatan di rumah.
Apabila Anda mempunyai pertanyaan lebih lanjut tentang prosedur ini, konsultasikan langsung dengan dokter atau perawat yang menangani Anda.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar