Pernahkah Anda menemukan teman yang haus akan pengakuan dan merasa sedih bila tidak mendapatkannya? Bisa jadi ini salah satu tanda dari star syndrome.
Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro
Pernahkah Anda menemukan teman yang haus akan pengakuan dan merasa sedih bila tidak mendapatkannya? Bisa jadi ini salah satu tanda dari star syndrome.
Lantas, apakah kondisi ini termasuk gangguan mental? Bagaimana cara mengatasinya? Yuk, simak jawabannya dalam pembahasan berikut ini!
Star syndrome adalah istilah untuk menggambarkan sikap dan perilaku seseorang yang merasa bahwa dirinya sudah sempurna dan lebih baik dari yang lain.
Orang-orang dengan kondisi ini biasanya menganggap diri mereka layaknya “bintang” yang jadi pusat perhatian bagi khalayak ramai.
Mereka pun bisa menunjukkan sikap yang tidak wajar, contohnya tidak mau menerima kritik, merasa paling hebat, dan tidak mau kalah dari orang lain.
Orang-orang dengan star syndrome juga akan merasa tidak bahagia dan kecewa ketika tidak menerima kekaguman khusus, padahal mereka yakin pantas mendapatkannya.
Beberapa peneliti menganggap kondisi ini berhubungan dengan gangguan kepribadian narsistik atau narcissistic personality disorder (NPD).
Salah satu jenis gangguan kepribadian ini membuat seseorang merasa bahwa dirinya lebih penting atau tinggi dibandingkan dengan orang lain.
Penyebab gangguan ini belum diketahui pasti. Namun, menurut Mayo Clinic, para ahli meyakini faktor pola asuh overprotektif, genetik, dan neurobiologis berperan dalam perkembangannya.
Kebutuhan mendalam akan perhatian dan kekaguman yang berlebihan ini membuat pengidap star syndrome sulit mengembangkan empati terhadap orang-orang di sekitarnya.
Terkadang, kondisi ini bahkan bisa mengganggu keharmonisan hubungan individu yang mengalaminya.
Tanda dan gejala dari gangguan kepribadian ini amat bervariasi. Berikut ini adalah ciri-ciri umum yang mungkin ditunjukkan oleh orang-orang dengan star syndrome.
Penelitian dalam American Journal of Psychiatry (2015) menyebut star syndrome berkaitan dengan gangguan kepribadian narsistik sering terjadi bersamaan dengan gangguan mental lain.
Gangguan mental ini termasuk stres, depresi, gangguan bipolar, atau penyalahgunaan alkohol dan zat berbahaya.
Penanganan star syndrome utamanya melibatkan konseling psikologi jangka panjang. Terapi ini bertujuan untuk mengubah pola pikir dan perilaku klien secara bertahap.
Lalu seiring berjalannya waktu, perubahan tersebut dapat meningkatkan kualitas kehidupan dan hubungan klien dengan orang-orang di sekitarnya.
Sementara itu, beberapa obat-obatan di bawah ini umumnya baru dokter berikan bila terdapat gangguan mental yang menyertai, misalnya depresi dan kecemasan.
Jenis obat ini akan membantu mengurangi gejala depresi pada pengidap star syndrome dengan cara memperbaiki suasana hati dan emosinya.
Dokter biasanya meresepkan obat golongan SSRI, seperti fluoxetine, sertraline, dan paroxetine. Obat ini cukup ampuh mengatasi depresi dengan efek samping yang lebih ringan.
Jika gejala disertai gangguan halusinasi pada penglihatan, pendengaran, maupun panca indra lainnya, golongan obat antipsikosis dapat diberikan tergantung dari penilaian dokter.
Pengidap star syndrome yang juga mengalami gangguan bipolar mungkin membutuhkan obat penstabil suasana hati, seperti lithium.
Obat ini diperlukan untuk mengurangi perubahan suasana hati yang tiba-tiba dan begitu cepat.
Karena perilakunya, orang-orang yang mengalami star syndrome sering terjebak masalah saat menjalin hubungan.
Padahal dengan support system yang baik, misalnya dari teman, pasangan, atau keluarga, mereka bisa diarahkan untuk mengatasi kondisi yang mengganggunya.
Keberadaan support system juga penting agar mereka mau mengikuti terapinya secara rutin, menjalani hidup sehat, serta menjauhi kebiasaan buruk, seperti merokok dan mengonsumsi alkohol.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa
General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar