backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Katsaridaphobia (Fobia Kecoak)

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 25/08/2023

Katsaridaphobia (Fobia Kecoak)

Ketika melihat kecoak, ada yang berusaha menjauhinya. Ada pula yang memberikan respons berlebih, seperti berteriak atau menangis karena takut. Dalam dunia medis, ini dikenal dengan istilah katsaridaphobia. Yuk, kenali lebih dalam fobia ini!

Apa itu katsaridaphobia?

Secara sederhana, katsaridaphobia adalah istilah medis untuk fobia kecoa. Fobia sendiri merupakan bagian dari gangguan kecemasan yang menimbulkan rasa takut berlebihan dan rasional terhadap sesuatu. 

Dengan demikian, katsaridaphobia adalah ketakutan berlebih atau tidak rasional terhadap segala hal yang berkaitan dengan kecoak (kecoa). Ini merupakan salah satu bentuk dari entomofobia atau fobia serangga.

Kecoak memang menjadi satu dari banyak contoh serangga yang tidak disukai sehingga banyak orang menghindarinya. Namun, ini berbeda dengan orang yang punya ketakutan berlebihan terhadap kecoa. 

Orang dengan phobia kecoa dapat memberikan respons berupa serangan panik dan berusaha sekeras mungkin untuk menjauhi serangga ini.

Ketakutan ekstrem terhadap serangga ini bisa terjadi pada siapa saja, tetapi lebih umum ditemukan pada wanita.

Tanda dan gejala katsaridaphobia

gejala fobia

Orang yang takut berlebihan pada kecoa dapat menunjukkan gejala fobia ringan hingga berat.

Gejala paling umum adalah kecemasan yang luar biasa saat seseorang memikirkan atau melihat serangga tersebut, baik secara langsung maupun lewat gambar maupun ilustrasi.

Selain menyebabkan respons emosional dan mental yang kuat, beberapa orang juga mengalami respons fisik, seperti:

  • panas dingin,
  • pusing,
  • berkeringat berlebihan (hiperhidrosis),
  • jantung berdebar,
  • mual,
  • sesak napas (dispnea),
  • gemetar, dan
  • sakit perut atau gangguan pencernaan (dispepsia).

Gejala katsaridaphobia bisa memengaruhi atau menghambat aktivitas seseorang di tempat kerja, sekolah, atau dalam situasi sosial.

Penyebab phobia kecoak

Berikut berbagai faktor yang menyebabkan seseorang mengalami fobia kecoa.

1. Pengalaman traumatis masa lalu

Orang-orang yang memiliki pengalaman traumatis dengan kecoak dapat mengalami fobia terhadap serangga ini.

Sebagai contoh, Anda mungkin pernah mengalami ruam karena dikencingi kecoa atau trauma setelah menemukan serangga ini pada makanan.

2. Riwayat keluarga

Risiko munculnya katsaridaphobia meningkat jika Anda memiliki kerabat dekat atau orang tua dengan gangguan fobia atau gangguan kecemasan. 

Anda juga mungkin lebih cemas dibandingkan orang lain jika mengalami mutasi (perubahan) gen tertentu.

3. Mendengar pengalaman buruk orang lain

Melihat seseorang dengan fobia kecoa atau mendengar seseorang berbicara tentang ketakutannya terhadap kecoak dapat menimbulkan fobia yang sama pada diri Anda.

Apalagi, kecoak sendiri punya bentuk yang tidak disukai dan diketahui menjadi perantara penularan diare, disentri, dan demam tifoid.

Diagnosis katsaridaphobia

berkonsultasi dengan psikolog

Jika ketakutan berlebih Anda terhadap kecoak telah memengaruhi kehidupan Anda, konsultasi dengan psikolog mungkin dapat menjadi solusinya.

Psikolog akan memulai konseling dengan bertanya tentang yang Anda alami. Anda dapat dikatakan memiliki fobia kecoa jika memenuhi kriteria berikut:

  • Rasa takut berlebihan muncul saat Anda memikirkan atau melihat serangga.
  • Munculnya rasa takut membuat Anda enggan ke toilet umum, jalanan yang penuh sampah, pergi ke sekolah, atau acara sosial.
  • Rasa takut memengaruhi kemampuan Anda untuk menikmati hidup.
  • Memicu gejala kecemasan atau ketakutan yang tidak sesuai dengan bahaya yang sebenarnya.
  • Berlangsung setidaknya enam bulan.

Penanganan phobia kecoa

Terapi pemaparan (exposure therapy) adalah salah satu perawatan utama untuk fobia serangga.

Selama terapi pemaparan, dokter akan memperkenalkan Anda pada situasi dan gambar yang dapat memicu gejala fobia. 

Secara bertahap, perawatan ini membantu Anda mengelola respons emosional, mental, dan fisik. Kebanyakan orang dengan fobia serangga melaporkan gejala mereka membaik setelah menjalani terapi ini.

Di samping itu, Anda juga bisa mengatasi katsaridaphobia melalui berbagai teknik berikut, seperti dilansir dari situs Cleveland Clinic. 

1. Terapi perilaku kognitif (CBT)

Terapi perilaku kognitif membantu mengubah cara Anda melihat dan bereaksi terhadap objek dan situasi yang memicu gejala. Biasanya, terapi paparan dilakukan bersamaan dengan terapi ini.

2. Hipnoterapi

Dokter menggunakan teknik relaksasi yang dipandu dan perhatian terfokus untuk membantu mengubah persepsi Anda tentang kecoa.

Hipnoterapi juga digunakan untuk menemukan penyebab yang mendasari ketakutan dalam diri Anda.

3. Obat-obatan

Obat-obatan yang membantu mengatasi gejala fisik kecemasan dapat mengurangi gejala fobia kecoa untuk sementara waktu dalam situasi tertentu.

Antidepresan juga dapat membantu mengurangi kecemasan secara keseluruhan.

4. Yoga dan meditasi

Latihan yoga teratur dapat membantu Anda rileks dan mengurangi tingkat stres. Meditasi membantu Anda fokus pada pernapasan dan menenangkan tubuh untuk mengurangi serangan panik.

Rasa takut terhadap serangga seperti kecoak adalah hal yang wajar. Namun, jika ketakutan ini begitu intens dan/atau menghambat aktivitas sehari-hari, Anda mungkin bisa mempertimbangkan untuk berkonsultasi ke tenaga profesional seperti psikolog.

Kesimpulan

  • Katsaridaphobia adalah ketakutan berlebih atau tidak rasional terhadap segala hal yang berkaitan dengan kecoak.
  • Seseorang bisa mengalami fobia kecoak karena memiliki pengalaman traumatis dengan serangga ini, mendengar atau melihat pengalaman buruk orang lain, dan memiliki anggota keluarga dengan fobia yang sama.
  • Anda bisa mengatasinya dengan psikoterapi, hipnoterapi, upaya untuk mengurangi stres, serta mengonsumsi obat untuk mengatasi gejala kecemasan jika perlu.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 25/08/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan