Hati merupakan organ dalam terbesar pada tubuh manusia. Salah satu gangguan kesehatan serius yang dapat menyerangnya adalah kanker hati.
Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic
Hati merupakan organ dalam terbesar pada tubuh manusia. Salah satu gangguan kesehatan serius yang dapat menyerangnya adalah kanker hati.
Kemunculan sel-sel abnormal pada hati bisa mengganggu fungsi organ ini, salah satunya untuk mencerna zat gizi dalam makanan.
Kanker hati adalah kanker yang terjadi pada hati atau liver. Penyakit yang juga disebut kanker liver ini terjadi ketika sel-sel abnormal dan ganas tumbuh pada hati.
Pada organ ini, ada beberapa jenis kanker yang dapat terbentuk. Apabila kanker hanya terjadi pada hati atau liver, kanker ini termasuk kanker hati primer.
Sementara itu, kanker yang sudah menyebar ke organ tubuh lain disebut sebagai kanker liver sekunder.
Kebanyakan kasus kanker yang terjadi pada liver adalah persebaran dari kanker yang terjadi pada organ tubuh lainnya.
Artinya, penyakit kanker yang benar-benar berawal dari sel yang ada pada liver lebih jarang terjadi.
Selain berdasarkan asal muasal sel kankernya, penyakit ini bisa dibedakan ke dalam beberapa jenis seperti berikut ini.
Satu dari tiga pasien tidak menunjukkan gejala kanker hati sedari awal. Akibatnya, masalah ini cenderung baru diketahui pada stadium lanjut atau saat kondisinya sudah cukup parah.
Gejala yang dialami mungkin tidak selalu sama pada setiap orang. Sejumlah gejala kanker liver yang perlu Anda perhatikan antara lain:
Mungkin masih ada gejala kanker liver lainnya yang belum disebutkan di atas. Jika Anda memiliki kekhawatiran mengenai gejala tertentu, ada baiknya konsultasikan dengan dokter.
Kanker liver terjadi saat sel-sel liver mulai mengalami mutasi pada DNA-nya. DNA dalam sel ini berfungsi memberikan perintah untuk setiap proses kimia yang terjadi di dalam tubuh.
Mutasi DNA dapat menyebabkan perubahan pada instruksi-instruksi tersebut. Hal ini berpotensi membuat sel-sel tersebut tumbuh tidak terkendali dan membentuk tumor.
Pada beberapa kasus, penyebab kanker hati biasanya diketahui, seperti infeksi hepatitis kronis.
Infeksi virus hepatitis B (HBV) atau hepatitis C (HBC) dalam jangka panjang ini bisa mengubah DNA sel serta merusak sel hati yang sehat menjadi sel kanker.
Meski begitu, perlu dipahami bahwa sering kali penyakit kanker ini terjadi pada orang yang tidak memiliki tanda atau gejala tertentu.
Ada pula beberapa faktor risiko yang perlu diperhatikan. Pasalnya, Anda mungkin memiliki satu atau beberapa faktor yang meningkatkan peluang terjadinya penyakit ini.
Beberapa faktor risiko yang terkait dengan penyakit kanker liver antara lain:
Jika Anda memiliki satu atau lebih dari faktor risiko diatas, sebaiknya pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan dokter.
Hal ini penting untuk menentukan strategi pencegahan kanker hati yang efektif sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kesehatan Anda.
Pada diagnosis penyakit ini, dokter terlebih dahulu akan bertanya terkait gejala dan riwayat kesehatan Anda, termasuk konsumsi alkohol dan infeksi hepatitis dalam jangka panjang.
Jika Anda dicurigai memiliki kanker liver, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui tahapan stadium kanker hati yang Anda miliki.
Beberapa pemeriksaan yang umumnya dilakukan dokter adalah sebagai berikut.
Pengobatan untuk penyakit kanker ini bergantung pada jumlah, ukuran, dan lokasi tumor dalam hati Anda.
Selain itu, dokter juga akan mempertimbangkan seberapa baik fungsi hati, ada-tidaknya sirosis, dan apakah sel kanker sudah menyebar ke bagian tubuh lain (metastasis).
Tergantung faktor-faktor tersebut, berikut adalah beberapa pilihan pengobatan untuk kanker hati.
Prosedur ini dilakukan dengan mengangkat sebagian hati yang terdampak sel kanker. Operasi ini biasanya hanya digunakan untuk kanker liver stadium awal.
Seiring berjalannya waktu, sisa jaringan liver yang sehat akan tumbuh kembali dan mengganti bagian yang telah diangkat sebelumnya.
Operasi besar ini melibatkan pengangkatan seluruh hati dari pasien kanker dan menggantinya dengan hati yang sehat dari donor.
Transplantasi hati dapat dipertimbangkan bila sel kanker belum menyebar ke organ tubuh lain.
Ablasi adalah operasi minimal invasif dengan menggunakan suhu panas, dingin, atau suntikan alkohol (etanol) untuk menghancurkan sel kanker pada hati.
Dokter akan membuat sayatan kecil pada kulit sebagai jalan masuk operasi. Prosedur ini biasa dilakukan dengan anestesi lokal untuk membuat area di sekitar organ hati mati rasa.
Terapi radiasi atau radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel kanker.
Dokter bisa melakukan prosedur ini sebelum operasi untuk mengecilkan ukuran tumor ataupun setelah operasi untuk menghancurkan sel-sel kanker yang masih tersisa.
Terapi ini menggunakan obat-obatan yang dirancang untuk mengurangi suplai darah ke tumor sehingga menghambat pertumbuhannya.
Penggunaan obat tyrosine kinase inhibitor (TKI), yakni cabozantinib dan lenvatinib, bermanfaat untuk pasien yang tidak bisa menjalani hepatektomi atau transplantasi hati.
Bentuk terapi obat paling ampuh untuk menghancurkan sel kanker hati yakni lewat kemoterapi. Obat kemoterapi dapat disuntikkan ke pembuluh darah atau intravena (IV).
Namun, dalam kebanyakan kasus, Anda dapat menerima kemoterapi sebagai obat rawat jalan yang dapat diminum sendiri di rumah.
Embolisasi bertujuan untuk menghalangi suplai darah ke tumor. Prosedur ini dapat membantu mengecilkan tumor dan mengurangi gejala terkait kanker liver.
Dokter akan memasukkan partikel kecil khusus untuk menimbulkan sumbatan sementara pada arteri hepatik, yakni pembuluh darah yang membawa oksigen ke liver.
Dikutip dari Cancer Research UK, komplikasi kanker hati di bawah ini cenderung terjadi setelah pasien menjalani pengobatan.
Terdapat risiko infeksi yang mungkin dialami pasien setelah menjalani operasi. Kondisi ini dapat ditandai dengan luka jahitan yang memerah, demam, dan tidak enak badan.
Untuk membantu mengatasi infeksi pascaoperasi, dokter bisa memberikan obat antibiotik, baik dalam sediaan obat minum atau cairan infus.
Perdarahan bisa terjadi pasca-operasi karena ada banyak darah yang melalui liver. Hati juga memproduksi zat untuk mendukung proses pembekuan darah.
Oleh karenanya, bila ada masalah atau kerusakan pada hati, potensi pasien mengalami perdarahan akan makin tinggi.
Selama operasi, ada potensi terjadinya kebocoran cairan empedu. Hal ini bisa disebabkan oleh goresan pada permukaan organ hati saat pembedahan.
Meski jarang terjadi, pasien harus menjalani operasi lagi untuk mengatasi kebocoran tersebut.
Ginjal mungkin saja tidak berfungsi dengan baik setelah pasien menjalani operasi. Dokter akan memperhatikan hasil tes darah dan jumlah urine dari pasien usai operasi.
Ginjal akan kembali pulih seiring berjalannya waktu. Akan tetapi, beberapa pasien yang mengalami komplikasi ini membutuhkan cuci darah atau dialisis.
Komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah penumpukan cairan pada perut setelah menjalani operasi liver.
Hal ini bisa saja terjadi akibat berbagai alasan, salah satunya peningkatan tekanan pada salah satu pembuluh darah yang ada di dalam hati.
Penggumpalan darah pasca-operasi hati bisa menyumbat aliran darah ke seluruh tubuh.
Gumpalan darah bisa berpindah ke paru-paru dan membentuk sumbatan pada organ tersebut. Hal ini bisa ditandai dengan sesak napas, nyeri dada, batuk darah, hingga kepala pusing.
Komplikasi ini bisa dicegah dengan menggunakan stoking usai operasi, obat pengencer darah, dan olahraga rutin untuk melancarkan sirkulasi darah.
Apabila Anda memiliki pertanyaan terkait penyakit ini, silahkan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan solusi terbaik.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar