backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Mengenal Lebih Dekat Nyamuk Wolbachia dan Manfaatnya

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 3 minggu lalu

Mengenal Lebih Dekat Nyamuk Wolbachia dan Manfaatnya

Pengendalian nyamuk penyebab demam berdarah masih menjadi fokus utama dalam pencegahan demam berdarah dengue (DBD). Namun, tahukah Anda bahwa salah satu cara mengendalikannya adalah dengan menggunakan nyamuk yang disebut Wolbachia?

Selama ini, nyamuk memang identik dengan berbagai penyakit, terutama demam berdarah. Lantas, bagaimana keberadaan nyamuk ini mencegah penyebaran penyakit DBD? Simak ulasan berikut untuk penjelasannya.

Apa itu nyamuk Wolbachia?

Nyamuk Wolbachia adalah nyamuk yang memiliki bakteri Wolbachia di dalam tubuhnya. Wolbachia sendiri merupakan bakteri yang terdapat pada lebih dari 60% jenis serangga, termasuk nyamuk.

Aedes aegypti sebagai nyamuk penyebab demam berdarah memang tidak memiliki bakteri Wolbachia di dalam tubuhnya.

Namun, bakteri ini bisa diberikan secara alami kepada nyamuk Aedes aegypti. Ini karena serangga merupakan inang atau tempat hidup bagi Wolbachia untuk berkembang biak.

Melansir dari laman Kementerian Kesehatan RI, penyebaran bakteri Wolbachia dilakukan dengan cara melepaskan nyamuk yang memiliki bakteri ini ke daerah dengan angka kasus demam berdarah yang tinggi.

Dengan begitu, nyamuk tersebut bisa kawin dan menghasilkan beberapa jenis keturunan seperti berikut.

  • Pejantan ber-Wolbachia kawin dengan betina tidak ber-Wolbachia: telur tidak menetas.
  • Pejantan tidak ber-Wolbachia kawin dengan betina Wolbachia: telur menetas ber-Wolbachia.
  • Jantan dan betina sama-sama ber-Wolbachia: telur menetas ber-Wolbachia.

Nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia bukan merupakan hasil rekayasa genetika, sebab nyamuk merupakan inang alami dari bakteri ini.

Dengan begitu, keberadaan bakteri Wolbachia dalam tubuh Aedes aegypti tidak akan mengubah materi genetiknya sedikitpun.

Bakteri ini bisa berkembang di dalam tubuh semua jenis nyamuk. Oleh karena itu, nyamuk ini juga bisa memberikan bakteri kepada nyamuk penyebab demam berdarah lainnya, seperti Aedes albopictus.

Bagaimana cara nyamuk Wolbachia mengurangi demam berdarah?

Bakteri Wolbachia di dalam nyamuk akan mengurangi replikasi virus penyebab dengue, chikungunya, hingga Zika dengan cara merebut makanannya.

Dengan begitu, risiko penularan demam berdarah melalui gigitan nyamuk juga ikut berkurang.

Studi pertama kelayakan Wolbachia untuk mengendalikan demam berdarah telah dilakukan di Yogyakarta sejak tahun 2011.

Dari pengujian tersebut, kasus demam berdarah di Yogyakarta pada tahun 2022 terbukti menurun hingga 77 persen. Angka perawatan DBD di rumah sakit juga ikut menurun hingga 86 persen.

Pada November 2023, Yogyakarta juga berhasil mencatatkan rekor terendah kasus demam berdarah, yaitu 67 kasus. Jumlah ini merupakan yang terendah sejak 30 tahun terakhir.

Selain efektif mengurangi kasus demam berdarah, nyamuk ini telah terbukti tidak mengganggu keseimbangan ekosistem.

Kementerian Kesehatan RI telah menegaskan bahwa populasi nyamuk Aedes aegypti tidak berkurang akibat keberadaan bakteri ini.

Pasalnya, bakteri ini tidak bekerja dengan cara membunuh nyamuk, melainkan mengurangi replikasi virus dengue.

Apa yang terjadi jika Anda digigit nyamuk ber-Wolbachia?

Nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia dan nyamuk Aedes aegypti tanpa Wolbachia tidak memiliki perbedaan secara bentuk, karakteristik, maupun efek gigitannya.

Artinya, Anda tetap bisa merasakan gatal-gatal atau rasa tidak nyaman setelah tergigit nyamuk ber-Wolbachia.

Bedanya, gigitan nyamuk Wolbachia tidak akan menimbulkan efek yang berbahaya, seperti gigitan nyamuk demam berdarah.

Pasalnya, bakteri ini tidak bisa hidup di dalam tubuh manusia dan jenis makhluk hidup bertulang belakang (vertebrata) lainnya.

Metode penyebaran nyamuk Wolbachia di Indonesia

Penyebaran nyamuk wolbachia

Dengan hasil positif di Yogyakarta, penyebaran Wolbachia telah ditetapkan sebagai salah satu Strategi Nasional (Startnas) pengendalian demam berdarah dengue.

Melalui Keputusan Menteri Kesehatan No. HK. 01.07/MENKES/1341/2022, pemerintah telah menyelenggarakan Pilot Project ke lima kota lainnya, yaitu Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Kupang, dan Bontang.

Sejauh ini, pelepasan nyamuk Wolbachia di daerah tersebut telah menghasilkan nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia pada kisaran 20 persen. Hal ini akan terus dilakukan sampai populasi nyamuk tersebut mencapai 60 persen.

Kementerian Kesehatan RI menyebutkan bahwa hasil penyebaran nyamuk untuk menurunkan kasus demam berdarah akan mulai terlihat setelah 2–10 tahun, seperti yang terjadi di Yogyakarta.

Tidak hanya di Indonesia, penggunaan bakteri Wolbachia untuk mengurangi kasus demam berdarah juga tengah digencarkan di berbagai belahan dunia sebagaimana yang dijelaskan pada laman World Mosquito Program.

Kendati hasil dan keamanannya telah terbukti, pelepasan nyamuk ini tetap harus melalui persetujuan perwakilan warga setempat.

Selain itu, walaupun nyamuk Wolbachia sudah dilepaskan, pemerintah tetap meminta masyarakat untuk tetap menerapkan upaya pencegahan demam berdarah seperti biasanya.

Beberapa upaya yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi penyebaran demam berdarah yaitu menguras tempat penampungan air, mendaur ulang barang yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk, dan menjaga daya tahan tubuh.

Kesimpulan

  • Nyamuk Wolbachia adalah jenis nyamuk yang memiliki bakteri Wolbachia di dalam tubuhnya.
  • Tidak semua jenis nyamuk memiliki bakteri ini. Namun, bakteri ini bisa diberikan pada nyamuk lain melalui perkawinan, termasuk pada nyamuk Aedes aegypti.
  • Nyamuk ini bisa membantu mengurangi penyebaran dengan demam berdarah dengan cara menghambat atau bahkan menghentikan replikasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk. Dengan begitu, gigitan nyamuk tidak akan mengandung virus dengue.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 3 minggu lalu

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan