Erosi serviks atau yang juga dikenal sebagai ectropion mungkin jarang didengar oleh sebagian orang. Penyakit pada sistem reproduksi ini biasanya dialami oleh wanita muda dengan perubahan hormon.
Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita
Erosi serviks atau yang juga dikenal sebagai ectropion mungkin jarang didengar oleh sebagian orang. Penyakit pada sistem reproduksi ini biasanya dialami oleh wanita muda dengan perubahan hormon.
Sebenarnya apa itu erosi serviks? Untuk mengetahuinya lebih lanjut, simak penjelasannya berikut ini.
Erosi serviks atau ectropion adalah kondisi di mana jaringan lunak di luar permukaan serviks (leher rahim) terpapar ke dalam vagina.
Ini terjadi ketika jaringan epitel yang biasanya melapisi bagian dalam serviks tumbuh di luar dan menjadi terlihat di dalam vagina.
Meski namanya erosi serviks (portio), tapi ini bukan berarti serviks mengalami pengikisan.
Ini merupakan kondisi yang ditandai dengan sel skuamosa normal (sel yang lebih keras) di luar serviks bergantian dengan sel kelenjar dari dalam serviks yang lebih lunak.
Kondisi ini bisa terlihat bila wanita melakukan skrining serviks (pap smear) dan area luar serviks terlihat merah.
Namun, jangan khawatir, hal ini tidak berbahaya dan tidak berhubungan dengan perkembangan kanker serviks.
Gejala atau ciri-ciri erosi serviks yang paling umum adalah terdapat peradangan pada leher rahim dan zona transformasi.
Namun, pada kebanyakan kasus, wanita tidak mengalami gejala erosi serviks. Kalaupun ada, gejala ini biasanya akan hilang dengan sendirinya tanpa perawatan apa pun.
Akan tetapi, ada pula wanita yang merasakan gejala ringan sampai mengalami ketidaknyamanan yang lebih parah.
Melansir Cleveland Clinic, berikut ini ciri-ciri erosi serviks yang mungkin dialami oleh wanita.
Namun, perlu dicatat bahwa gejala di atas tidak selalu mengarah pada ectropion serviks. Jika Anda mengalami salah satu atau beberapa gejala di atas, sebaiknya bicarakan kepada dokter untuk memastikan diagnosisnya.
Ektropion atau erosi serviks dapat disebabkan oleh perubahan hormon, terutama hormon estrogen yang tinggi.
Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan hormon estrogen adalah karena kehamilan atau wanita sedang menggunakan pil KB yang mengandung hormon.
Hal ini karena peningkatan kadar hormon estrogen dapat menyebabkan serviks membengkak dan terbuka.
Membengkak dan terbukanya serviks dapat membuat sejumlah sel kelenjar yang ada di dalam serviks berpindah keluar serviks.
Akibatnya, terjadi peradangan pada serviks karena sel lembut yang berada di dalam serviks bertemu dengan sel keras yang ada di luar serviks.
Walaupun bukan disebabkan oleh hal-hal yang serius, kondisi ini dapat membahayakan kesehatan wanita jika dibiarkan terus.
Pasalnya, ectropion membuat wanita yang mengalaminya lebih rentan terkena bakteri dan jamur yang kemudian mengakibatkan infeksi.
Oleh karena itu, biasanya wanita yang memiliki erosi serviks juga mempunyai infeksi serviks.
Selain itu, ada beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko terjadinya erosi serviks, di antaranya:
Mengingat ektropion sering tidak menimbulkan gejala, kebanyakan wanita tidak sadar saat mengalaminya. Biasanya, kondisi ini baru diketahui setelah menjalani pemeriksaan panggul oleh dokter.
Untuk memastikan diagnosisnya, Anda dapat berkonsultasi kepada dokter untuk menjalani prosedur medis yang sesuai dengan kondisi.
Beberapa pemeriksaan yang mungkin ditawarkan adalah sebagai berikut.
Pada sebagian besar kasus, ektropion serviks tidak memerlukan pengobatan. Apalagi bila gejala yang ditimbulkan tergolong ringan dan tidak mengganggu.
Hal ini karena pengobatan yang dilakukan dapat memperparah keputihan (meskipun hanya sementara) dan dapat menyebabkan stenosis serviks, yaitu kondisi di mana saluran endoserviks atau terowongan di bagian bawah rahim tersumbat atau menyempit.
Namun, bila gejala yang dialaminya tergolong berat, seperti keluarnya cairan atau bercak yang berlebihan, dokter akan memberikan opsi pengobatan.
Beberapa pengobatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
Setelah melakukan perawatan ini, Anda mungkin akan merasakan nyeri ringan seperti kram menstruasi dan sedikit perdarahan atau keluarnya cairan.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Carla Pramudita Susanto
General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar